Kamis, 10 Juni 2010

'Tamatan SMK bisa ciptakan lapangan usaha'

Jakarta, Mendiknas Bambang Sudibyo optimistis tamatan SMK mampu menciptakan lapangan usaha dan menjadi tenaga kerja profesional di bidangnya karena terbukti mampu memproduksi barang dan jasa dengan teknologi tinggi.

"Di arena pameran karya SMK 2009, kita bisa melihat bukti bagaimana siswa SMK di berbagai daerah mampu memproduksi bahkan memasarkan sendiri pula hasil rakitannya," ungkapnya seusai membuka pameran dan Lomba Kompetensi Siswa [LKS] SMK di Arena Pekan Raya Jakarta pada Kamis malam.

Proses pembelajaran termasuk semangat kewirausahaan (entrepreneurship) yang ditanamkan selama dalam pendidikan membuat pihaknya optimistis, siswa SMK kelak mampu menjadi pengusaha handal seperti yang dibuktikan tamatan SMK lainnya yang kini memiliki usaha berteknologi tinggi seperti PT NEC Mitra Persada maupun PT Shigata Tool Indonesia.

"Para pemilik perusahaan itu semuanya adalah tamatan SMK yang kini telah bermitra dengan sejumlah SMK negeri di berbagai kota dan menjadikan SMK sebagai teaching factory yang memproduksi berbagai produk bernilai tinggi pula," katanya.

Mendiknas mengatakan LKS SMK merupakan salah satu instrumen untuk pencitraan dari pencapaian peningkatan akses, serta pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan melalui SMK. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia usaha dan menciptakan kerja sama yang lebih erat antara SMK dan mitra industri.

"Kami percaya tujuan tersebut dapat tercapai karena semua stakeholder telah mendukung dan mengambil peran sesuai tugas dan fungsinya masing-masing."

Mendiknas pada kesempatan peninjauan pameran tertarik untuk menikmati sejenak kenyamanan mobil pick up extra cabin dari SMKN 1 Singosari Malang. Sejumlah mobil rakitan dari SMKN lainnya juga dipamerkan seperti protipe minibus, van, sedan SUV. Mendiknas yang didampingi istri, Retno Sunarminingsih, aktif bertanya pada guru pembimbing dan Dirjen Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno yang memandunya tur di arena pameran.

Dalam peninjauan itu selain mencermati dengan seksama karya otomotif siswa SMK seperti mobil dan motor, dia juga kagum dengan Computer Numeric Control (CNC) hasil rakitan siswa SMK yang bermitra dengan PT Shigata Tool Indonesia yang menggandeng Headman, produsen CNC asal China untuk memproduksi berbagai jenis CNC bermerek SMK Headman.

Darwin Gao, Sales manager international Sales Dept Headman, dalam obrolannya bersama istri Mendiknas mengatakan mesin pintar ini bisa membuat beragam suku cadang dan membuat beragam mesin induk pula untuk memenuhi pasar umum yang kualitasnya tidak kalah dengan mesin bertekhnologi Jerman dan China sendiri.

"Kami bersikap terbuka jadi tidak ada masalah untuk menjalin kerjasama dengan Shigata Tool Indonesia maupun dengan SMK untuk alih tekhnologi, apalagi pasarnya terbuka luas," kata Darwin.

Ketrampilan siswa SMK bukan hanya menguasai tekhnologi tinggi di bidang komputer dan otomotif tetapi juga dalam hal manufaktur lainnya seperti membuat peralatan rumah sakit terutama tempat tidur, filling cabinet dan peralatan kantor lainnya serta pembuatan mesin. (tw)



http://web.bisnis.com/umum/pendidikan/1id118657.html

MENDIKNAS GELORAKAN SLOGAN: `SMK BISA!`

JAKARTA - Siswa SMK bisa ternyata mampu melahirkan karya-karya kreatif dan inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

Karena itu, mari kita tingkatkan motivasi para peserta didik SMK untuk maju dengan motto "SMK Bisa !!!" sekali lagi "SMK Bisa!!!".
Demikian dikemukakan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo ketika membuka Lomba Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional ke-17 dan Pameran Kreasi Siswa SMK Tahun 2009, Kamis (21/5). Hadir dalam kesempatan itu Dirjen Mandikdasmen Suyanto, Direktur PSMK Joko Sutrisno, mantan Mendikbud Wardiman Djojonegoro.
"Lomba Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (LKS SMK) Tingkat Nasional dan Pameran Kreasi Siswa SMK ini salah satu instrumen pencitraan untuk pencapaian peningkatan akses dan pemerataan serta peningkatan mutu pendidikan," jelas mendiknas.
Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja dan meningkatkan kerjasama yang lebih erat antara SMK dengan mitra industri. Kami percaya, tujuan tersebut dapat tercapai karena semua stakeholders telah mendukung dan mengambil peran sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
Mendiknas juga mengharapkan kompetisi ini mampu mendorong generasi muda untuk menyiapkan diri agar berkiprah di arena kompetisi tingkat Asia melalui Asian Skill Competition (ASC) dan di tingkat International melalui World Skill Competition (WSC). "Ajang LKS ini dapat pula dijadikan promosi tamatan SMK kepada para pengguna lulusan, sehingga tamatan SMK dapat berperan aktif dalam meningkatkan perekonomian Indonesia," tegasnya.
Bersamaan dengan LKS ini diselenggarakan pula Pameran Kreasi Siswa SMK yang merupakan kegiatan sinergi SMK dengan para mitra industrinya.LKS siswa SMK yang meliputi bidang Teknologi, Bisnis, Pariwisata, Pertanian dan Seni Kria merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari pembangunan sumberdaya manusia.
Mendiknas menyatakan, melalui pameran ini kita dapat melihat bahwa siswa SMK bisa menunjukkan kemampuannya dan diharapkan mampu mendorong generasi muda untuk terus berkreasi melahirkan karya karya inovatif yang bermanfaat. "Mari kita tingkatkan motivasi para peserta didik SMK untuk maju dengan motto "SMK Bisa !!!" sekali lagi "SMK Bisa!!!".

Minggu, 06 Juni 2010

cara hidup sehat

CARA HIDUP SEHAT
Gizi.net - Ada beberapa hal yang sering dilewatkan dalam menjalani hidup, sehingga akibat buruk dari kebiasaan ini akan datang mengganggu kesehatan kita. Hal ini bisa terjadi hanya karena kebiasaan hidup yang tidak teratur. Kebiasaan tersebut adalah antara lain melewatkan sarapan, kurang minum air putih, kurang gerak sampai dengan ngemil snack berkalori tinggi.

Menurut Pete Cohen, psikolog dan physical trainer, bahwa tidak ada manusia lahir dengan kebiasaan buruk. Kebiasaan ini dipelajari saat tumbuh dewasa. Cara yang paling jitu untuk membuang kebiasaan buruk adalah dengan menggantinya dengan kebiasaan yang lebih baik. Menurut beberapa penelitian, diperlukan pengulangan 20 - 30 kali untuk kemudian menjadi kebiasaan baru.

Apakah semudah itu ??, sepertinya mudah saja, tapi kalau dijalani mengapa sulit??, karena kita memang hidup dilingkungan yang sudah mengesahkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu menjadi hal yang biasa.

Ada beberapa tips dibawah ini, mengenai cara menghargai hidup dengan menjalani hidup secara sehat dan teratur, yaitu:

1. Minum air putih secara cukup
Kenapa terjadi? tubuh manusia tidak akan memberi sinyal berupa rasa haus sampai tubuh benar-benar kekurangan air atau mengalami dehidrasi.
Mengapa air putih? karena dua per tiga tubuh kita terdiri dari air, maka air merupakan unsur terpenting bagi tubuh. Setiap hari kita kehilangan 1,5 liter air lewat kulit, paru-paru dan ginjal (berupa air kencing). Untuk itu kehilangan itu harus digantikan dengan jumlah yang cukup, sehingga tubuh akan terhindar dari kelelahan, sakit kepala, kulit kusam dan bad mood.

2. Sarapan pagi setiap hari
Kenapa terjadi? Alasan yang sering didengar adalah karena tidak cukup waktu untuk sarapan.
Mengapa sarapan? Kalau sarapan terlewatkan maka akan mempengaruhi produktivitas kerja. Untuk itu 'dengarkan' tubuh anda dengan melakukan sarapan sehat secara rutin setiap hari. Sarapan sehat adalah makanan ringan yang cukup gizi seperti segelas susu atau jus buah atau sarapan siap saji yang kaya gizi dan rendah lemak.

3. Makan siang yang bergizi
Kenapa terjadi? Karena biasanya kelebihan karbohidrat sering terjadi saat makan siang, atau kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung protein sebagau sumber energi.
Mengapa harus bergizi? Biasanya ngemil makanan tinggi kalori akan jadi pilihan utama apabila rasa lapar menyerang, seperti cokelat, keripik atau biskuit, yang banyak mengandung lemak, gula dan garam.
Untuk itu memilih makan siang yang bergizi adalah cara yang bijaksana untuk mengatasi rasa lapar. Cara yang bijaksana menurut Dr. Wendy Doyle, ahli diet, dengan cara menambah lauknya, makan sepotong buah atau segelas yoghurt.

4. Siasati makan malam
Kenapa terjadi? Biasanya setelah lelah seharian kerja, maka akan malas kalau harus mempersiapkan makan malam.
Mengapa disiasati? Karena biasanya bila tidak mempersiapkan makan malam maka fast food atau take-away food, yang pasti mengandung tinggi lemak dan garam. Cara mengatasinya??, makan sesuatu sebelum pulang kantor dan mengisi kulkas dengan bahan makanan yang lebih tahan lama simpan untuk keadaan darurat. Kalau terpaksa membeli makanan, lebih baik hindari makanan yang digoreng dan pikirkan makanan tersebut mengandung gizi, yang paling tidak, cukup.

Sumber: Majalah Cosmopolitan, Maret 20

Tugas Bahasa Jawa

Kelas 2 th 2009/2010

SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI
BAHASA JAWA


LELUNGAN MENYANG
KEBUN BINATANG MANGKANG


Kaya wes dadi pakulinan ing kaluwargaku menawa preinan mesthi dimanfaatke kanggo mlancong, mbuh ngendi tujuane seng baku methu saka ngomah saperlu ngenggar-enggar penggalih bsupaya ora sumpek amarga pegawean rutin saben dinane.

Kaya wektu preinan semaster siji wingi, wektune pas wulan Desember 2010. Akulan, adhiku loro, uga bapak lan ibu dolan-dolan menyang kutha Semarang papan kang dituju yaiku Bonbin Mangkang.Bapak lan Ibu nate thindak mrana, nanging adhiku lan adhi-adhiku durung tau, dadi rasane ya tetep seneng banget.

Rombongan kaluwargaku mangkat saka ngomah watara jam 9.00 esuk kanthi pamrih supaya tekan papan kang dituju ora kawanan. Kaya biasane yen lelungan, adhiku anggone sangu jajanan, pindha toko mlaku, kabeh digawa. Sdalan-sadalan pijer ngemil wae, yen ora ya mesthi mabuk Sawise mlaku udakara setengah jam, rombonganku tekan ing Bonbin mangkang.

Ing kana aku sakaluwarga mubeng-mubeng ndeleng kewan-kewan kang maneka warna. Sesawangane uga nengsemake banget serta akeh tetumpakan kanggo bocah cilik-cilik. Naliko ngematake kuda nil, ujuk-ujuk dikagetake dening swara rame-rame, kaya ana nom-noman kang lagi padha gelut. Kanthi ora sabar mbakyuku mlayu gendring saking wesine tanpa nolah-noleh. Aku lan kaluwargaku ditinggal. Barang wes kesel anggone mlayu mbakyuku banjur mandheg lan nginguk memburi, dheweke lagi sadar yen wes adoh saka kaluwargaku. Pungkasane mbakyuku thenguk-tenguk ngentebi seng liyane. Sawise ketemu mbakyuku banjur njlentrehake apa sebab dheweke mlayu sipat kuping, jebul wedi dikira ana macan ucul saka krangkeng, Aku lan sakaluwarga banjur pada ngakak ngguyani ceritane mbakyuku mau. Oalah mbak .........mbak diarani durjana ucul saka pakujaran. Tapi ya iku seng marake lucu ing perjalan wisataku neng Bonbin Mangkang. Tapi ono maneh yen mbakyuku mlayu-mlayu merga di kira ana macan ugul aku lan adhiku malah balapan mutah lan lemes banget merga yen numpak bis utawa angkutan liyane aku lan adhiku mesti mabuk.

Banjur saka Bonbin yaiku sekitar jam 4 sore ako lan rombonganku menyang lan mubeng-mubeng menyang kutha Semarang. Aku lan rombongan mandheg ing Simpang Lima neng kana rambongan pada nyebar ana seng neng Matahari Departement Store, Robinson, Mall Pandanaran, lan ya ana seng mung pada lungguh karo nyawang-nyawang keadaan lan ramene kutha Semarang.

Banjur kuwi sekitar jam setengah 6 sore aku lan rombongan kundhur lan neng Kaliwungu rombongan mandheg maneh kanggo belanja oleh-oleh kanggo seng neng omah kayata Gethuk lan jajan pasar liyane ing Pasar Sore Kaliwungu. Sawise belanja lan sholat magrib ing Masjid Agung Kaliwungu aku lan rombonganku banjur muleh menyang Weleri. Aduh kesele perjalane sedina piknik menyang Bonbin Mangkang lan mubeng-mubeng kutha Semarang. Tapi Aku seneng yen diajak lelungan maneh apa maneh yen lungane iku ing tempat seng durung tahu dituju sadurunge...............

Sawise tekan ngomah aku lan rombongan banjur muleh lan padha muleh ing ngomahe dewe-dewe. Aku lan adhiku banjur tekan ngomah langsung lunga menyang kamar lan turu merga kesel banget.

Tugas Bahasa Indonesia

Kelas 2 th. 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara pengekspor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran yang menyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.
Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia.
Disamping itu, iptek dan teknologi dikembangkan dalam bidang antariksa dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan hidup sering menimbulkan ketidak harmonisan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang tepatan dalam menerapkan berbagai perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan merugikan masyarakat dan pemerintah.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :
1)Bagaimana kontribusi industri dan teknologi yang menyebar terhadap
pencemaran lingkungan
2)Bagaimana klasifikasi pencemaran lingkungan, dan
3)Bagaimana menyikapi terjadinya pencemaran lingkungan hidup.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan Dan Pencemaran Oleh Industri
Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi.
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources).
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas; (a). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (b). biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (c). sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.
Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar : (1). Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut, (2). hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut, (3). kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan (4). faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat mempengaruhi dan mempengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya maka manusia akan terpengaruh.
Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kendaraan atau cerobong industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida).
Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya. Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan mempersepsikannya secara sederhana menerjemahkan bahwa mutu lingkungan hidup diukur dari kerasannya manusia yang tinggal di lingkungan tersebut, yang diakibatkan oleh terjaminnya perolehan rejeki, iklim dan faktor alamiah lainnya yang sesuai.
Batasan ini terasa sempit, bila dikaitkan dengan pengaruh elemen lingkungan yang sifatnya tidak dikenali dan dirasakan, misalnya dampak radiasi baik yang disebabkan oleh sinar ultraviolet atau limbah nuklir, yang bersifat merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.

B.Industri Dan Pencemaran Lingkungan
Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap “survival”. Hakekatnya manusia telah “survival” sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
1.Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan
Pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara, dalam hal ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia “survival” yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca”.
Teknologi yang diandalkan sebagai instrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tanaman misalnya wereng dan kutu loncat.
Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozon di stratosfer.
Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.
Bahkan akibat kemajuan teknologi, era sibernitika yang mengglobal dapat dikonsumsi oleh negara-negara miskin sekalipun karena kemampuan komputer sebagai instrumen informasi yang tidak memiliki batas ruang. Dalam hal ini, jaringan Internet yang dapat diakses dengan biaya yang tidak mahal menghilangkan titik-titik pemisah yang diakibatkan oleh jarak yang saling berjauhan. Kemajuan teknologi sibernitika ini meyakini para ekonom bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh negara maju akan dapat disusul oleh negara-negara berkembang, terutama oleh menyatunya negara maju dengan negara berkembang dalam blok perdagangan.
Kasus Indonesia memang negara “late corner” dalam proses industrialisasi di kawasan Pasifik, dan dibandingkan beberapa negara di kawasan ini kemampuan teknologinya juga masih terbelakang. Menurut PECC dalam laporannya berjudul “Pacific Science and Technology Profit, menyimpulkan bahwa Indonesia dari segi pengeluaran R&D (Research and Design) sebagai persentase PDB, tergolong masih sangat kurang.
Selanjutnya, dipaparkan bahwa Indonesia bersama dengan Filipina berada di peringkat terbawah, yaitu sekitar 0,12 persen saja untuk tahun 1987. Sedangkan Malaysia, Singapura dan Cina persentasenya mendekati 1 persen, di Korea mendekati 2 %, bahkan Amerika dan Jepang jauh diatas 2 persen.
Dari segi jumlah ilmuwan dan insiyur, Indonesia juga berada pada peringkat terbawah, yaitu hanya 4 orang per 10.000, dibandingkan dengan 15 orang di Korea, 18 orang di Taiwan, 23 orang di Singapura, 34 orang di Jepang dan 40 orang di Amerika. Berdasarkan data perbandingan tersebut, indikasi kebijaksanaan harus menitikberatkan perhatian yang lebih bagi upaya untuk mengkreasi penemuan-penemuan teknologi, melalui tahapan mempelajari proses akuisisi dan peningkatkan kemampuan teknologi yang telah dikuasai.
Seperti pengalaman negara-negara lain yang telah melalui berbagai tahapan pembangunan sampai pada tahap industrialisasi, maka Indonesia juga mengandalkan teknologi dalam industrinya untuk memelihara momentum pembangunan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan diatas 5 % pertahunnya
Masuknya teknologi ke Indonesia sudah dimulai sejak diundangkannya UUPMA (UU No. 1 tahun 1967, yang diperbarui dengan PP.No. 20 tahun 1994). Dengan dukungan UU tentang Hak Paten (Property Right) dan UU Perlindungan Hak Cipta (Intellectual Right), maka banyak perusahaan multinasional dan asing yang menggunakan, memakai dan mengembangkan teknologi dalam menghasilkan berbagai produk industri. Dalam hal merebaknya teknologi industri masuk ke Indonesia, dapat melalui : (a) Science agreement, (b). technical assistance and cooperation, (c). turnkey project, (d). foreign direct investment, dan (e). purchase of capital goods. Atau dalam bentuk equity participation dalam rangka joint operation agreement, know - how agreement, kontrak-kontrak pembelian mesin-mesin, trade fair dan berbagai lokakarya.
Sebagai salah satu negara berkembang yang banyak membutuhkan dana bagi pembiayaan pembangunan, maka Indonesia seringkali “dicurigai” melakukan eksploitasi sumber alamnya secara besar-besaran, karena dukungan kemajuan teknologi dan besarnya tingkat kebutuhan industri-industri yang berkembang pesat secara kuantitif dan berskala besar.
Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath pada tahun 1987, diperkirakan bahwa akibat erosi tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang ditimbulkannya telah mencapai 0,5 % dari GDP, dan lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat kebakaran hutan, polusi di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di Jawa.
Masalah prioritas model teknologi (iptek) apakah kompetitif (competitive) atau komparatif (comparative), teknokrat yang diwakili Widjojo Nitisastro cs dan Sumitro Djojohadikusumo, mengurutnya atas dasar teknik Delphi. Sedangkan B. J. Habibie (Dewan Riset Nasional) merangkainya dengan konsep matriks.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung Lhoksumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.


Berkaitan dengan pernyataan tersebut dapat dicatat keadaan lingkungan di beberapa kota di Indonesia, yaitu :
Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya.
Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2 SO2, dan debu.
Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batubara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.
Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran.
Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin memyempit dan mengalami pencemaran.

2.Klasifikasi Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu : Sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya :
a)pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya
b)pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial
c)pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

3.Menyikapi Pencemaran Lingkungan
Konferensi PBB tentang lingkungan Hidup di Stockholm pada tahun 1972, telah menetapkan tanggal 5 Juni setiap tahunnya untuk diperingati sebagai Hari lingkungan Hidup Sedunia. Kesepakatan ini berlangsung didorong oleh kerisauan akibat tingkat kerusakan lingkungan yang sudah sangat memprihatinkan.
Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada tanggal 15 - 18 Mei 1972. Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu terkonsepnya pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam hal ini, perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan lingkungan hidup.
Pada saat itu, pencemaran oleh industri dan limbah rumah tangga belumlah dipermasalahkan secara khusus kecuali di kota-kota besar. Saat ini, masalah lingkungan hidup tidak hanya berhubungan dengan gejala-gejala perubahan alam yang sifatnya evolusioner, tetapi juga menyangkut pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industri dan keluarga yang menghasilkan berbagai rupa barang dan jasa sebagai pendorong kemajuan pembangunan di berbagai bidang.
Pada Pelita V, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dilakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-peraturan tentang pencemaran lingkungan hidup, dengan lahirnya Keppres 77/1994 tentang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapeda/Wilayah di tingkat Propinsi, yang juga bermanfaat bagi arah pembentukan Bapeda/Daerah. Peraturan ini dikeluarkan untuk memperkuat Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dianggap perlu untuk diperbaharui.
Berdasarkan Strategi Penanganan Limbah tahun 1993/1994, yang ditetapkan oleh pemerintah, maka proses pengolahan akhir buangan sudah harus dimulai pada tahap pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengolahan akhir limbah buangan (Lampiran Pidato Presiden RI, 1994 : II/27). Langkah yang ditempuh untuk mendukung kebijaksanaan ini, ditempuh dengan pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri Bahan Berbahaya dan Beracun (PPLI-B3), di Cileungsi Jawa Barat, yang pertama di Indonesia. Pendirian unit pengolahan limbah ini juga diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Disamping itu, untuk mengembangkan tanggung jawab bersama dalam menanggulangi masalah pencemaran sungai terutama dalam upaya peningkatan kualitas air, dilaksanakan Program Kali Bersih (PROKASIH), yang memprioritaskan penanganan lingkungan pada 33 sungai di 13 Propinsi. Upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup ini, ternyata juga menghasilkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha baru di berbagai kota dan sektor pembangunan.
Dari uraian tersebut diatas jelaslah bagi kita bahwa dalam menyikapi terjadinya pencemaran lingkungan baik akibat teknologi, perubahan lingkungan, industri dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi, diperlukan itikad yang luhur dalam tindakan dan perilaku setiap orang yang peduli akan kelestarian lingkungan hidupnya.
Walaupun telah ditetapkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1982, PP No. 19 tahun 1994 dan Keppres No .7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, jika tidak ada kesamaan persepsi dan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan hidup maka berbagai upaya pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tidak akan dapat dinikmati secara tenang dan aman, karena kekhawatiran akan bencana dari dampak negatif pencemaran lingkungan.

BAB III
PENUTUP


A.Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari tulisan diatas, sebagai
berikut :
Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.
Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.
Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan tindakan dan perilaku manusia untuk lebih mementingkan lingkungan hidup.
Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.

BAB 1V
Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian.

Tugas Bahasa Inggris

SWEDEN


Sweden (pronounced en-us-Sweden.ogg /ˈswiːdən/ (help·info) SWEE-dən, Swedish: Sverige), officially the Kingdom of Sweden (Swedish: About this sound Konungariket Sverige (help·info)), is a Nordic country on the Scandinavian Peninsula in Northern Europe. Sweden has land borders with Norway to the west and Finland to the northeast, and water borders with Denmark, Germany and Poland to the south and Estonia, Latvia, Lithuania and Russia to the east. Sweden is also connected to Denmark by a bridge-tunnel across the Öresund.

At 450,295 km², Sweden is the third largest country in the European Union in terms of area, with a total population of about 9.2 million. Sweden has a low population density of 21 inhabitants per square kilometre (54 /sq mi) but a considerably higher density in the southern half of the country. About 85% of the population live in urban areas, and it is expected that these numbers will gradually rise as a part of the ongoing urbanization.[12] Sweden's capital is Stockholm, which is also the largest city in the country (population of 1.3 million in the urban area and with 2 million in the metropolitan area).[13]

Sweden emerged as an independent and unified country during the Middle Ages. In the 17th century, the country expanded its territories to form the Swedish Empire. The empire grew to be one of the great powers of Europe in the 17th and early 18th century. Most of the conquered territories outside the Scandinavian Peninsula were lost during the 18th and 19th centuries. The eastern half of Sweden, present-day Finland, was lost to Russia in 1809. The last war in which Sweden was directly involved was in 1814, when Sweden by military means forced Norway into a personal union which lasted until 1905. Since then, Sweden has been at peace, adopting a non-aligned foreign policy in peacetime and neutrality in wartime.[14]

Today, Sweden is a constitutional monarchy with a parliamentary system of government and a highly developed economy. It ranks first in the world in The Economist's Democracy Index and seventh in the United Nations' Human Development Index. Sweden has been a member of the European Union since 1 January 1995 and is a member of the OECD.

Etymology

The modern name Sweden is derived through back-formation from Old English Swēoþēod, which meant "people of the Swedes" (Old Norse Svíþjóð, Latin Suetidi). This word is derived from Sweon/Sweonas (Old Norse Sviar, Latin Suiones). The Swedish name Sverige (a conjunction of the words Svea and Rike – rige still spelt with the letter g in modern Danish) literally means "Kingdom of the Swedes", excluding the Geats in Götaland.

Variations of the name Sweden are used in most languages, with the exception of Danish and Norwegian using Sverige, Icelandic Svíþjóð, and the more notable exception of some Finno-Ugric languages where Ruotsi (Finnish) and Rootsi (Estonian) are used, names commonly considered etymologically related to the English name for Russia, referring to the people, Rus', originally from the coastal areas of Roslagen, Uppland.

The etymology of Swedes, and thus Sweden, is generally not agreed upon but may derive from Proto-Germanic Swihoniz meaning "one's own",[15] referring to one's own Germanic tribe.

Economy

Sweden is an export-oriented mixed economy featuring a modern distribution system, excellent internal and external communications, and a skilled labour force. Timber, hydropower, and iron ore constitute the resource base of an economy heavily oriented toward foreign trade. Sweden's engineering sector accounts for 50% of output and exports. Telecommunications, the automotive industry and the pharmaceutical industries are also of great importance. Agriculture accounts for 2 percent of GDP and employment.

The 20 largest (by turnover in 2007) companies registered in Sweden are Volvo, Ericsson, Vattenfall, Skanska, Sony Ericsson Mobile Communications AB, Svenska Cellulosa Aktiebolaget, Electrolux, Volvo Personvagnar, TeliaSonera, Sandvik, Scania, ICA, Hennes & Mauritz, Nordea, Preem, Atlas Copco, Securitas, Nordstjernan, and SKF.[94] Sweden's industry is overwhelmingly in private control; unlike some other industrialized Western countries, such as Austria and Italy, publicly owned enterprises were always of minor importance.
Real GDP growth in Sweden, 1996–2006.

Some 4.5 million residents are working, out of which around a third with tertiary education. GDP per hour worked is the world's 9th highest at 31 USD in 2006, compared to 22 USD in Spain and 35 USD in United States.[95] According to OECD, deregulation, globalization, and technology sector growth have been key productivity drivers.[95] GDP per hour worked is growing 2½ per cent a year for the economy as a whole and trade-terms-balanced productivity growth 2%.[95] Sweden is a world leader in privatized pensions and pension funding problems are relatively small compared to many other Western European countries.[96]

The Swedish labor market has become more flexible, but it still has some widely acknowledged problems.[95] The typical worker receives 40% of his income after the tax wedge. The slowly declining overall taxation, 51.1% of GDP in 2007, is still nearly double of that in the United States or Ireland. The share of employment financed via tax income amounts to a third of Swedish workforce, a substantially higher proportion than in most other countries. Overall, GDP growth has been fast since reforms in the early 1990s, especially in manufacturing.[97]

The World Economic Forum 2009-2010 competitiveness index ranks Sweden the 4th most competitive economy in the world.[98] Sweden is ranked 9th in the IMD Competitiveness Yearbook 2008, scoring high in private sector efficiency.[99] According to the book, The Flight of the Creative Class, by the U.S. economist, Professor Richard Florida of the University of Toronto, Sweden is ranked as having the best creativity in Europe for business and is predicted to become a talent magnet for the world's most purposeful workers. The book compiled an index to measure the kind of creativity it claims is most useful to business—talent, technology and tolerance.[100]

Swedes have rejected the euro in a popular vote, and Sweden maintains its own currency, the Swedish krona (SEK). The Swedish Riksbank—founded in 1668 and thus making it the oldest central bank in the world—is currently focusing on price stability with its inflation target of 2%. According to the Economic Survey of Sweden 2007 by the OECD, the average inflation in Sweden has been one of the lowest among European countries since the mid-1990s, largely because of deregulation and quick utilization of globalization.[95]

The largest trade flows are with Germany, the United States, Norway, the United Kingdom, Denmark, and Finland.
Energy and transport infrastructure

Science and technology

Being an advanced industrial nation, research plays a key role for economic development as well as for society at large, Sweden's high-quality scientific and technological development is renowned throughout the world.

Altogether, the public and the private sector in Sweden allocate nearly four per cent of GDP to research & development (R&D), which makes Sweden one of the countries that invest most in R&D in terms of percentage of GDP. The standard of Swedish research is high and Sweden is a world leader in a number of important fields. Sweden tops Europe in comparative statistics both in terms of research investments as a percentage of GDP and in the number of published scientific works per capita.[132]

Though a relatively small country, Sweden has long been at the forefront of research and development. For several decades, the Swedish government, committed to strengthening R&D, has set high priorities on scientific and R&D activities. This strong engagement has helped make Sweden a leading country in terms of innovation.

For many years, Sweden has been a leading player among OECD countries in terms of its investments in and use of advanced technology. In international comparison, Swedish high-technology manufacturing is relatively large in all high-technology segments, and particularly in telecommunications and pharmaceuticals.

Statistics show that during the entire period 1970–2003, the Swedish national innovation system was among the leading countries in the OECD in terms of generating technological inventions, measured as international patenting in relation to population size. The statistics evaluating countries in terms of triadic patenting, i.e. patents assigned in the three patenting areas USA, EU and Japan, were even more outstanding. Only Switzerland reported a higher rate of triadic patenting.

Furthermore, Sweden ranked either as the first or second country publishing the highest number of scientific publications in the fields of medical science, natural science and engineering in 2001. Sweden was world-leading in medical science and second only to Switzerland in natural science and engineering in terms of the number of publications in relation to its population size.

In terms of structure, the Swedish economy is characterized by a large knowledge-intensive and export-oriented manufacturing sector, an increasing, but comparatively small, business service sector, and by international standards, a large public service sector. Large organizations both in manufacturing and services dominate the Swedish economy.[133]

Brazil
Federative Republic of Brazil
República Federativa do Brasil


Brazil (Portuguese: Brasil), officially the Federative Republic of Brazil[6][7] (Portuguese: República Federativa do Brasil, About this sound listen (help·info)), is the largest country in South America and the only Portuguese-speaking country in the Americas.[8] It is both the world's fifth largest country by geographical area and by population.[8][9]

Bounded by the Atlantic Ocean on the east, Brazil has a coastline of over 7,491 kilometers (4,655 mi).[8] It is bordered on the north by Venezuela, Guyana, Suriname and the French overseas department of French Guiana; on the northwest by Colombia; on the west by Bolivia and Peru; on the southwest by Argentina and Paraguay and on the south by Uruguay. Numerous archipelagos are part of the Brazilian territory, such as Fernando de Noronha, Rocas Atoll, Saint Peter and Paul Rocks, and Trindade and Martim Vaz.[8]

Brazil was a colony of Portugal from the landing of Pedro Álvares Cabral in 1500 until its independence in 1822.[10] Initially independent as the Brazilian Empire, the country has been a republic since 1889, although the bicameral legislature, now called Congress, dates back to 1824, when the first constitution was ratified.[10] Its current Constitution defines Brazil as a Federal Republic.[11] The Federation is formed by the union of the Federal District, the 26 States, and the 5,564 Municipalities.[11][12]

Brazil is the world's eighth largest economy by nominal GDP[13] and the ninth largest by purchasing power parity.[14] Economic reforms have given the country new international recognition.[15] Brazil is a founding member of the United Nations, the G20, Mercosul and the Union of South American Nations, and is one of the BRIC Countries. Brazil is also home to a diversity of wildlife, natural environments, and extensive natural resources in a variety of protected habitats.[8]

Government and politics

The National Congress in Brasília, the capital of Brazil.

The Brazilian Federation is the "indissoluble union" of three distinct political entities: the States, the Municipalities and the Federal District.[11] The Union, the states and the Federal District, and the municipalities, are the "spheres of government". The Federation is set on five fundamental principles:[11] sovereignty, citizenship, dignity of human beings, the social values of labour and freedom of enterprise, and political pluralism. The classic tripartite branches of government (executive, legislative, and judicial under the checks and balances system), is formally established by the Constitution.[11] The executive and legislative are organized independently in all three spheres of government, while the judiciary is organized only at the federal and state/Federal District spheres.

All members of the executive and legislative branches are directly elected.[120][121][122] Judges and other judicial officials are appointed after passing entry exams.[120] Voting is compulsory for the literate between 18 and 70 years old and optional for illiterates and those between 16 and 18 or beyond 70.[11] Together with several smaller parties, four political parties stand out: Workers' Party (PT), Brazilian Social Democracy Party (PSDB), Brazilian Democratic Movement Party (PMDB), and Democrats (DEM). Almost all governmental and administrative functions are exercised by authorities and agencies affiliated to the Executive.

The form of government is that of a democratic republic, with a presidential system.[11] The president is both head of state and head of government of the Union and is elected for a four-year term,[11] with the possibility of re-election for a second successive term. The current president is Luiz Inácio Lula da Silva who was elected on October 27, 2002,[123] and re-elected on October 29, 2006.[124] The President appoints the Ministers of State, who assist in government.[11] Legislative houses in each political entity are the main source of law in Brazil. The National Congress is the Federation's bicameral legislature, consisting of the Chamber of Deputies and the Federal Senate. Judiciary authorities exercise jurisdictional duties almost exclusively.

Fifteen political parties are represented in Congress. It is common for politicians to switch parties, and thus the proportion of congressional seats held by particular parties changes regularly. The largest political parties are the Workers' Party (PT), Democrats (DEM), Brazilian Democratic Movement Party (PMDB-center), Brazilian Social Democratic Party (PSDB), Progressive Party (PP), Brazilian Labor Party (PTB), Liberal Party (PL), Brazilian Socialist Party (PSB), Popular Socialist Party (PPS), Democratic Labor Party (PDT), and the Communist Party of Brazil (PcdoB).[125]

Brazil is a federation composed of twenty-six States, one federal district (which contains the capital city, Brasília) and municipalities.[11] States have autonomous administrations, collect their own taxes and receive a share of taxes collected by the Federal government. They have a governor and a unicameral legislative body elected directly by their voters. They also have independent Courts of Law for common justice. Despite this, states have much less autonomy to create their own laws than in the United States. For example, criminal and civil laws can only be voted by the federal bicameral Congress and are uniform throughout the country.[11]

The states and the federal district may be grouped into regions: Northern, Northeast, Central-West, Southeast and Southern. The Brazilian regions are merely geographical, not political or administrative divisions, and they do not have any specific form of government. Although defined by law, Brazilian regions are useful mainly for statistical purposes, and also to define the application of federal funds in development projects.

Municipalities, as the states, have autonomous administrations, collect their own taxes and receive a share of taxes collected by the Union and state government.[11] Each has a mayor and an elected legislative body, but no separate Court of Law. Indeed, a Court of Law organized by the state can encompass many municipalities in a single justice administrative division called comarca (county).

The population of Brazil, as recorded by the 2008 PNAD, was approximately 190 million[200] (22.31 inhabitants per square kilometer), with a ratio of men to women. of 0.95:1[201] and 83.75% of the population defined as urban.[202] The population is heavily concentrated in the Southeastern (79.8 million inhabitants) and Northeastern (53.5 million inhabitants) regions, while the two most extensive regions, the Center-West and the North, which together make up 64.12% of the Brazilian territory, have a total of only 29.1 million inhabitants.

Brazil's population increased significantly between 1940 and 1970, due to a decline in the mortality rate, even though the birth rate underwent a slight decline. In the 1940s the annual population growth rate was 2.4%, rising to 3.0% in the 1950s and remaining at 2.9% in the 1960s, as life expectancy rose from 44 to 54 years[203] and to 72.6 years in 2007.[204] It has been steadily falling since the 1960s, from 3.04% per year between 1950–1960 to 1.05% in 2008 and is expected to fall to a negative value of –0.29% by 2050 [205] thus completing the demographic transition.[206]

According to the National Research by Household Sample (PNAD) of 2008, 48.43% of the population (about 92 million) described themselves as White; 43.80% (about 83 million) as Brown (Multiracial), 6.84% (about 13 million) as Black; 0.58% (about 1.1 million) as Yellow; and 0.28% (about 536 thousand) as Amerindian, while 0.07% (about 130 thousand) did not declare their race.[207]

In 2007, the National Indian Foundation reported the existence of 67 different uncontacted tribes, up from 40 in 2005. Brazil is believed to have the largest number of uncontacted peoples in the world.[208]

Most Brazilians descend from the country's indigenous peoples, Portuguese settlers, and African slaves.[209] Since the arrival of the Portuguese in 1500, considerable intermarriage between these three groups has taken place. The brown population (as multiracial Brazilians are officially called; pardo in Portuguese)[210][211] is a broad category that includes Caboclos (descendants of Whites and Indians), Mulattoes (descendants of Whites and Blacks) and Cafuzos (descendants of Blacks and Indians).[209][210][211][212][213][214] Caboclos form the majority of the population in the Northern, Northeastern and Central-Western regions.[215] A large Mulatto population can be found in the eastern coast of the northeastern region from Bahia to Paraíba[214][216] and also in northern Maranhão,[217][218] southern Minas Gerais[219] and in eastern Rio de Janeiro.[214][219] From the 19th century, Brazil opened its borders to immigration. About five million people from over 60 countries migrated to Brazil between 1808 and 1972, most of them from Portugal, Italy, Spain, Germany, Japan and the Middle-East.[220]



In 2008, the illiteracy rate was 11.48%[221] and among the youth (ages 15–19) 1.74%. It was highest (20.30%) in the Northeast, which had a large proportion of rural poor.[222] Illiteracy was high (24.18%) among the rural population and lower (9.05%) among the urban population.[223]

Roman Catholicism is the country's predominant faith. Brazil has the world's largest Catholic population.[224] According to the 2000 Demographic Census (the PNAD survey does not inquire about religion), 73.57% of the population followed Roman Catholicism; 15.41% Protestantism; 1.33% Kardecist spiritism; 1.22% other Christian denominations; 0.31% Afro-Brazilian religions; 0.13% Buddhism; 0.05% Judaism; 0.02% Islam; 0.01% Amerindian religions; 0.59% other religions, undeclared or undetermined; while 7.35% have no religion.[225]

The largest metropolitan areas in Brazil are São Paulo, Rio de Janeiro, and Belo Horizonte — all in the Southeastern Region — with 19.5, 11.5, and 5.1 million inhabitants respectively.[226] Almost all of the state capitals are the largest cities in their states, except for Vitória, the capital of Espírito Santo, and Florianópolis, the capital of Santa Catarina. There are also non-capital metropolitan areas in the states of São Paulo (Campinas, Santos and the Paraíba Valley), Minas Gerais (Steel Valley), Rio Grande do Sul (Sinos Valley), and Santa Catarina (Itajaí Valley).[227]






GREECE




Greece (English: /ˈɡriːs/ ( listen); Greek: Ελλάδα, Elláda, IPA: [eˈlaða] ( listen); Ancient Greek: Ἑλλάς, Hellás, IPA: [helːás]), also known as Hellas and officially the Hellenic Republic (Ελληνική Δημοκρατία, Ellīnikī́ Dīmokratía, IPA: [eliniˈci ðimokraˈtia]),[5] is a country in southeastern Europe, situated on the southern end of the Balkan Peninsula. The country has land borders with Albania, the Republic of Macedonia and Bulgaria to the north, and Turkey to the east. The Aegean Sea lies to the east of mainland Greece, the Ionian Sea to the west, and the Mediterranean Sea to the south. Greece has the tenth longest coastline in the world at 14,880 km (9,246 mi) in length, featuring a vast number of islands (approximately 1400, of which 227 are inhabited), including Crete, the Dodecanese, the Cyclades, and the Ionian Islands among others. Eighty percent of Greece consists of mountains, of which Mount Olympus is the highest at 2,917 m (9,570 ft).

Modern Greece traces its roots to the civilization of ancient Greece, generally considered to be the cradle of Western civilization. As such, it is the birthplace of democracy,[6] Western philosophy,[7] the Olympic Games, Western literature and historiography, political science, major scientific and mathematical principles, and Western drama,[8] including both tragedy and comedy. This legacy is partly reflected in the 17 UNESCO World Heritage Sites that are located in Greece.

A developed country with a very high Human Development Index, Greece has been a member of what is now the European Union since 1981 and its Economic and Monetary Union since 2001,[13] NATO since 1952,[14] and the European Space Agency since 2005.[15] It is also a founding member of the United Nations, the OECD,[16] and the Black Sea Economic Cooperation Organization. Athens is the capital. Other major cities include Thessaloniki, Piraeus, Patras, Heraklion and Larissa.


Greece consists of a mountainous, peninsular mainland jutting out into the sea at the southern end of the Balkans, the Peloponnesus peninsula (separated from the mainland by the canal of the Isthmus of Corinth), and numerous islands (1400, 227 of which are inhabited), including Crete, Euboea, Lesbos, Chios, the Dodecanese and the Cycladic groups of the Aegean Sea as well as the Ionian Sea islands. Greece has the tenth longest coastline in the world with 14,880 km (9,246 mi); its land boundary is 1,160 km (721 mi).

Eighty percent of Greece consists of mountains or hills, making the country one of the most mountainous in Europe. Mount Olympus, a focal point of Greek culture throughout history culminates at Mytikas peak 2,917 m (9,570 ft), the highest in the country. Once considered the throne of the Gods, it is today extremely popular among hikers and climbers. Western Greece contains a number of lakes and wetlands and is dominated by the Pindus mountain range. The Pindus reaches a maximum elevation of 2,637 m (8,652 ft) at Mt. Smolikas and is essentially a prolongation of the Dinaric Alps. The Vikos-Aoos Gorge is yet another spectacular formation and a popular hotspot for those fond of extreme sports.

The range continues through the central Peloponnese, crosses the islands of Kythera and Antikythera and find its way into southwestern Aegean, in the island of Crete where it eventually ends. The islands of the Aegean are peaks of underwater mountains that once constituted an extension of the mainland. Pindus is characterized by its high, steep peaks, often dissected by numerous canyons and a variety of other karstic landscapes. Most notably, the impressive Meteora formation consisting of high, steep boulders provides a breathtaking experience for the hundreds of thousands of tourists who visit the area each year.

Northeastern Greece features another high-altitude mountain range, the Rhodope range, spreading across the periphery of East Macedonia and Thrace; this area is covered with vast, thick, ancient forests. The famous Dadia forest is in the prefecture of Evros, in the far northeast of the country.

Expansive plains are primarily located in the prefectures of Thessaly, Central Macedonia and Thrace. They constitute key economic regions as they are among the few arable places in the country. Rare marine species such as the Pinniped Seals and the Loggerhead Sea Turtle live in the seas surrounding mainland Greece, while its dense forests are home to the endangered brown bear, the lynx, the Roe Deer and the Wild Goat.

Phytogeographically, Greece belongs to the Boreal Kingdom and is shared between the East Mediterranean province of the Mediterranean Region and the Illyrian province of the Circumboreal Region. According to the World Wide Fund for Nature and the European Environment Agency, the territory of Greece can be subdivided into six ecoregions: the Illyrian deciduous forests, Pindus Mountains mixed forests, Balkan mixed forests, Rodope montane mixed forests, Aegean and Western Turkey sclerophyllous and mixed forests and Crete Mediterranean forests.



Science and technology

Broadband internet availability is widespread in Greece; approximately 15.6% of the general population have broadband connections to the internet,[79][80] mainly ADSL2. Internet cafes that provide net access, office applications and multiplayer gaming are also a common sight in the country, while mobile internet on 3G cellphone networks and public wi-fi hotspots are existent, but not as extensive.

Because of its strategic location, qualified workforce and political and economic stability, many multinational companies such as Ericsson, Siemens, SAP, Motorola and Coca-Cola have their regional R&D Headquarters in Greece.

The General Secretariat for Research and Technology of the Hellenic Ministry of Development is responsible for designing, implementing and supervising national research and technological policy.

In 2003, public spending on R&D was 456.37 million euros (12.6% increase from 2002). Total research and development (R&D) spending (both public and private) as a percentage of GDP has increased considerably since the beginning of the past decade, from 0.38% in 1989, to 0.65% in 2001. R&D spending in Greece remains lower than the EU average of 1.93%, but, according to Research DC, based on OECD and Eurostat data, between 1990 and 1998, total R&D expenditure in Greece enjoyed the third highest increase in Europe, after Finland and Ireland.

Greece's technology parks with incubator facilities include the Science and Technology Park of Crete (Heraklion), the Thessaloniki Technology Park, the Lavrio Technology Park and the Patras Science Park.Greece has been a member of the European Space Agency (ESA) since 2005.[15] Cooperation between ESA and the Hellenic National Space Committee began in the early 1990s. In 1994, Greece and ESA signed their first cooperation agreement. Having formally applied for full membership in 2003, Greece became ESA's sixteenth member on 16 March 2005. As member of the ESA, Greece participates in the agency's telecommunication and technology activities, and the Global Monitoring for Environment and Security Initiative.





Sabtu, 05 Juni 2010

olahraga

TUGAS OLAHRAGA

Th. 2010 Kelas 2


SEPAK BOLA

Selain peraturan-peraturan di atas, keputusan-keputusan Badan Asosiasi Sepak bola Internasional (IFAB) lainnya turut menambah peraturan dalam sepak bola. Peraturan-peraturan lengkapnya dapat ditemukan di situs web FIFA.

Tujuan permainan

Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalty yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalty yang berada di dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.

Taktik Permainan

Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:


1. 4-4-2 (klasik: empat skipper)

2. 4-4-2 (dengan dua sayap)

3. 4-4-1-1

4. 4-2-4

5. 4-3-2-1

6. 4-3-1-2

7. 4-5-1

8. 4-3-3

9. 4-2-3-1

10. 4-3-3

11. 4-1-4-1

12. 3-4-3

13. 3-5-2 dengan libero

14. 3-5-2 tanpa libero

15. 3-6-1

16. 5-4-1


Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah tergantung dari kondisi yang terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada tiga taktik yang digunakan yaitu; Bertahan, Menyerang, dan Normal.

Ofisial

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai "wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang telah diutuskan kepadanya" (Peraturan 5), dan keputusan-keputusan pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Sang wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit (dulu dipanggil hakim/penjaga garis). Dalam banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.selain itu juga mereka membutuhkan alat-alat untuk membantu jalannya petandingan seperti:

1. papan pengganti pemain

2. meja dan kursi

Tim

1.Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 11, salah satunya penjaga gawang

2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri pertandingan: 7

3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 13

4. Jumlah wasit: 1

5. Jumlah hakim garis: 2

6. Batas jumlah pergantian pemain: tak terbatas

Perlengkapan permainan

1. Kaos bernomor

2. Celana pendek

3. Kaos kaki

4. Pelindung lutut

5. Alas kaki bersolkan karet

Lapangan permainan dan bola

Ukuran lapangan standar

* Lapangan permainan

1. Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m

2. Garis batas: garis selebar ... cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; ... m lingkaran tengah; tak ada tembok penghalang atau papan

3. Daerah penalti: busur berukuran ... m dari setiap pos

4. Garis penalti: ... m dari titik tengah garis gawang

5. Garis penalti kedua: ... m dari titik tengah garis gawang

6. Zona pergantian: daerah ... m (... m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dari pelemparan

7. Gawang: tinggi 7 m x lebar 2,5 m

8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif

Lama permainan

1. Lama normal: 2x45 menit

2. Lama istiharat: 15 menit

3. Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit

4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan waktu selesai

5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan

6. Waktu pergantian babak: maksimal 15 menit

Perpanjangan waktu dan adu penalty

Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamanya yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala pertandingan berakhir imbang: dua babak yang masing-masing sepanjang 15 menit dimainkan. Hingga belum lama ini, IFAB telah mencoba menggunakan beberapa bentuk dari sistem 'sudden death', namun mereka kini telah tidak digunakan.

Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut untuk diulangi.

Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak sewaktu babak perpanjangan waktu ikut dihitung ke dalam hasil akhir, berbeda dari gol yang dihasilkan dari titik penalti yang hanya digunakan untuk menentukan pemenang pertandingan.

Wasit sebagai pengukur waktu resmi

Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu. Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima.

Percobaan penggunaan gol emas dan gol perak

Gol perak; Gol emas.

Pada akhir 1990-an, IFAB mencoba membuat pertandingan lebih mungkin berakhir tanpa memerlukan adu penalti, yang sering dianggap sebagai cara yang kurang tepat untuk mengakhiri pertandingan.

Contohnya adalah sistem gol perak yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu pertama, dan gol emas yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu kedua.

Kedua sistem ini telah dihentikan oleh IFAB.

Kejuaraan internasional besar

Kejuaraan internasional terbesar di sepak bola ialah Piala Dunia yang diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Football Association. Piala Dunia diadakan setiap empat tahun sekali. Lebih dari 190 timnas bertanding di turnamen kualifikasi regional untuk sebuah tempat di babak final. Turnamen babak final yang berlangsung selama empat minggu kini melibatkan 32 timnas (naik dari 24 pada tahun 1998).

Kejuaraan internasional yang besar di setiap benua adalah:

* Eropa: Piala Eropa atau dikenal dengan nama Euro

* Amerika Selatan: Copa América

* Afrika: Piala Afrika

* Asia: Piala Asia

* Amerika Utara: Piala Emas CONCACAF

* Oseania: Piala Oseania

Ajang tingkat klub terbesar di Eropa adalah Liga Champions, sementara di Amerika Selatan adalah Copa Libertadores. Di Asia, Liga Champions Asia adalah turnamen tingkat klub terbesar.

Sepak bola sudah dimainkan di Olimpiade sejak tahun 1900. (kecuali pada Olimpiade tahun 1932 di Los Angeles). Awalnya ini hanya untuk pemain-pemain amatir saja, namun sejak Olimpiade Los Angeles 1984 pemain profesional juga mulai ikut bermain, disertai peraturan yang mencegah negara-negara daripada memainkan tim terkuat mereka. Pada saat ini, turnamen Olimpiade untuk pria merupakan turnamen U-23 yang boleh ditamnbahi beberapa pemain di atas umur. Akibatnya, turnamen ini tidak mempunyai kepentingan internasional dan prestise yang sama dengan Piala Dunia, atau bahkan dengan Euro, Copa America atau Piala Afrika.

Sebaliknya, turnamen Olimpiade untuk wanita membawa prestise yang hampir sama seperti Piala Dunia Wanita FIFA; turnamen tersebut dimainkan oleh tim-tim internasional yang lengkap tanpa batasan umur.

Tim dan pemain

* Tim sepak bola

* Daftar tim nasional sepak bola

* Daftar tim sepak bola

* Pemain sepak bola terkenal

o Daftar kiper terkenal

o FIFA 100

* Daftar pemain sepak bola Indonesia

Organisasi

* Fédération Internationale de Football Association (FIFA)

* UEFA

* G-14

* CONMEBOL

* CONCACAF

* AFC

* Konfederasi Sepak bola Afrika

* Federasi Sepak bola Oseania

Jenis lainnya

* Sepak bola wanita

* Sepak bola Paralimpik (untuk orang cacat)

* Sepak bola ruangan (indoor): five a side football, futsal dan indoor soccer

* futsal

* Sepak bola tarkam

Elemen permainan

* Peraturan gol tandang (away goals)

* Adu penalti, biasanya diwakili oleh 5 pemain dari masing-masing tim.

* Formasi - posisi tim di lapangan

* Hattrick, terjadi apabila seorang pemain dapat mencetak 3 gol kegawang lawan dalam 1 pertandingan.

* Taktik dan kemampuan individual - catatan mengenai cara bermain sepak bola

* Posisi - posisi pemain


LAPANGAN BOLA BASKET

LAPANGAN PERMAINAN BOLA VOLLEY


LAPANGAN SEPAK BOLA



Keterangan Gambar

a. Panjang lapangan 100-110 m

b. Lebar lapangan 64-75 m

c. Tinggi gawang 244 cm

d. Lebar gawang 732 cm

Waktu dan Pemain

a. Waktu 2 X 45 menit

b. Jumlah regu 11 orang

Dasar dasar bermain sepak bola

a. Menyepak / menendang

b. Mendible / menggiring

c. Menghentikan bola

Lain Lain

a. Gol adalah bola masuk gawang

b. Pemimpin regu disebut kapten

c. Pemimpin pertandingan disebut wasit

d. Handball : bola kena tangan

e. Pinalty kick tendangan hukuman 11 meter

f. Throw in : lemparan ke dalam

g. Corner Kick : tendangan sudut

h. Free Kick : tendangan bebas


LAPANGAN BULU TANGKIS


LAPANGAN BASKET


ARENA PERMAINAN SEPAK TAKRAW



LAPANGAN SOFTBALL


LAPANGAN FUTSAL

LAPANGAN ATLETIK


LAPANGAN TOLAK PELURU


LAPANGAN LEMPAR LEMBING


LONTAR MARTIL


LAPANGAN LOMPAT JAUH


LAPANGAN LEMPAR CAKRAM


LAPANGAN LOMPAT TINGGI

maaf untuk lapangan cari aja sendiri di web laen...........................he....he....he